Laman

Sabtu, 10 April 2010

Gunung Bromo, Jawa Timur






Gunung Bromo merupakan salah satu tujuan wisata di Jawa Timur. Tempat wisata alam ini terletak di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru di timur kota Malang, Jawa Timur. Pengunjungnya bukan hanya wisatawan lokal, bahkan banyak yang berasal dari luar negeri. Dengan pemandangan yang khas membuat Bromo layak menjadi tujuan wisata.
Gunung Bromo (dari bahasa Sansekerta/Jawa Kuna: Brahma, salah seorang Dewa Utama Hindu), merupakan gunung berapi yang masih aktif dan paling terkenal sebagai obyek wisata di Jawa Timur. Sebagai sebuah obyek wisata, Gunung Bromo menjadi menarik karena statusnya sebagai gunung berapi yang masih aktif.

Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut itu berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan, Lumajang, dan Kabupaten Malang. Bentuk tubuh Gunung Bromo bertautan antara lembah dan ngarai dengan kaldera atau lautan pasir seluas sekitar 10 kilometer persegi.

Gunung Bromo mempunyai sebuah kawah dengan garis tengah ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Sedangkan daerah bahayanya berupa lingkaran dengan jari-jari 4 km dari pusat kawah Bromo.
Dingin, begitulah yang akan Anda rasakan saat pertama kali Anda keluar dari mobil. Suhu disini mencapai 10 derajat bahkan sampai 0 derajat Celsius saat menjelang pagi. Maka, Anda hendaknya mempersiapkan pakaian dingin, topi kupluk, sarung tangan, kaos kaki, syal untuk mengatasinya. Tapi, bila Anda melupakan perlengkapan tersebut, ada banyak penjaja keliling yang menawarkan dagangannya berupa topi, sarung tangan, atau syal.
Pengunjung biasa mengunjungi kawasan ini sejak dini hari dengan tujuan melihat terbitnya matahari. Untuk melihatnya, Anda harus menaiki Gunung Pananjakan yang merupakan gunung tertinggi di kawasan ini. Medan yang harus dilalui untuk menuju Gunung Pananjakan merupakan medan yang berat. Untuk menuju kaki Gunung Pananjakan, Anda harus melalui daerah yang menyerupai gurun yang dapat membuat Anda tersesat. Saat harus menaiki Gunung Pananjakan, jalan yang sempit dan banyak tikungan tajam tentu membutuhkan ketrampilan menyetir yang tinggi. Untuk itu, banyak pengunjung yang memilih menyewa mobil hardtop (sejenis mobil jeep) yang dikemudikan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar berasal dari suku Tengger yang ramah dengan para pengunjung.


Sampai diatas, ada banyak toko yang menyediakan kopi atau teh hangat dan api unggun untuk menghangatkan tubuh sambil menunggu waktu tebitnya matahari. Ada pula toko yang menyewakan pakaian hangat. Menyaksikan terbitnya matahari memang merupakan peristiwa yang menarik. Buktinya, para pengunjung rela menunggu sejak pukul 5 pagi menghadap sebelah timur agar tidak kehilangan moment ini. Anda pun tidak selalu bisa melihat peristiwa ini, karena bila langit berawan, kemunculan matahari ini tidak terlihat secara jelas. Namun, saat langit cerah, Anda dapat melihat bulatan matahari yang pertama-tama hanya sekecil pentul korek api, perlahan-lahan membesar dan akhirnya membentuk bulatan utuh dan memberi penerangan sehingga kita dapat melihat pemandangan gunung-gunung yang ada di kawasan ini. Antara lain, Gunung Bromo, Gunung Batok, atau Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa.

Selesai menyaksikan matahari terbit, Anda dapat kembali menuruni Gunung Pananjakan dan menuju Gunung Bromo. Sinar matahari dapat membuat Anda melihat pemandangan sekitar. Ternyata Anda melewati lautan pasir yang luasnya mencapai 10 km². Daerah yang gersang yang dipenuhi pasir dan hanya ditumbuhi sedikit rumput-rumputan yang mengering. Tiupan angin, membuat pasir berterbangan dan dapat menyulitkan Anda bernafas.

Untuk mencapai kaki Gunung Bromo, Anda tidak dapat menggunakan kendaraan. Sebaliknya, Anda harus menyewa kuda dengan harga Rp 70.000,- atau bila Anda merasa kuat, Anda dapat memilih berjalan kaki. Tapi, patut diperhatikan bahwa berjalan kaki bukanlah hal yang mudah, karena sinar matahari yang terik, jarak yang jauh, debu yang berterbangan dapat membuat perjalanan semakin berat.


Sekarang, Anda harus menaiki anak tangga yang jumlahnya mencapai 250 anak tangga untuk dapat melihat kawah Gunung Bromo. Sesampainya di puncak Bromo yang tingginya 2.392 m dari permukaan laut, Anda dapat melihat kawah Gunung Bromo yang mengeluarkan asap. Anda juga dapat melayangkan pandangan Anda kebawah, dan terlihatlah lautan pasir dengan pura di tengah-tengahnya. Benar-benar pemandangan yang sangat langka dan luar biasa yang dapat kita nikmati.

kumpulan.info


Read More......

Kamis, 01 April 2010

Pulau Poncan Gadang , Sibolga, Sumatera Utara




Pulau Poncan Gadang merupakan salah satu tempat objek wisata yang cukup terkenal di Kota Sibolga, karena memiliki lokasi memancing dan tempat menyelam bagi wisatawan lokal dan mancanegara.

Pulau Poncan itu dulunya tempat persembunyian bagi tentera Jepang dan juga memiliki goa yang cukup panjang, namun tidak pernah dimasuki masyarakat.

Pulau Poncan itu jaraknya sekitar lebih kurang3 mil dari pantai Sibolga atau 364 Km arah timur Kota Medan. Misnal mengatakan, Pulau Poncan itu tidak hanya ramaidikunjungi pada Idul Fitri, tetapi juga pada hari-hari biasa maupun hari Minggu.

Warga yang mengunjungi lokasi pulau itu, tidak hanya melihat pantainya yang indah atau penginapan yang ada tempat itu, melainkan juga untuk mandi dan berenang di pinggir pantai.

Apalagi, katanya, air laut di pulau itu juga sangat jernih dan belum tercemar, sehingga para pengunjung merasa senang berendam sembari melihat keindahan terumbu karang yang terdapat di dasar laut.


Bahkan, wisatawan mancanegara seperti dari Belanda, Australia, Inggris, Malaysia, Singapura dan negara-negara Eropa lainnya sangat menyukai Pulau Poncan Gadang.

Selain itu, mereka juga senang memancing,berenang, menyelam menyaksikan keindahan panorama alam dasar laut yang dihuni berbagai jenis ikan dan biota laut. “Keindahan Pulau Poncan Gadang itu, tidak kalah dengan keindahan di Pantai Bunaken, di Manado dan daerah lainnya,” ujar Misnal.

Sementara wisatawan nusantara yang sering berkunjung ke Poncan Gadang, berasal dari Sibolga, Padang Sidempuan, Medan, Jakarta, dan Surabaya. Poncan Gadang itu dapat ditempuh dengan menggunakan kapal kecil, selam lebih kurang satu jam dari Pelabuhan Samudera Sibolga.

Biasanya, warga yang ingin pergi ke Pulau Poncan Gadang itu, menggunakan kapal pukat cincin yang sedang nongkrong di gudang-gudang tangkapan ikan yang ada di Pelabuhan Sambas Sibolga. “Ongkos kapal ke Pulau Poncan Gadang itu bervariasi, yakni Rp10 ribu hingga Rp15 ribu per orang,” katanya

Berita Sore.com

Read More......

Pantai Sabang, Aceh







Pantai Sabang nan Eksotis

Sabang terletak di ujung Pulau Sumatera, tepatnya pada Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Untuk sampai ke Sabang, kita harus menyebrang dari Banda Aceh dengan menggunakan kapal selama beberapa jam.



Ujung dari Pulau Sumatera dan Negara Indonesia ini memiliki pantai yang begitu indah dan eksotis. Ditambah lagi lautnya yang langsung berhubungan dengan Samudera Hindia. Tak heran banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang berkunjung ke Sabang ini.


Lokasinya yang begitu strategis, yang mudah diakses dari benua lain menjadikan Sabang sebagai tempat wisata atau honeymoon. Ada banyak aktifitas yang dapat dilakukan selama di Sabang.

Anda dapat melakukan diving, snorkeling, swimming, berjemur dan menikmati sunset di senja hari. Ombaknya yang tidak terlalu besar membuat anda dan pasangan aman untuk berenang di pinggiran pantai.


Jika kurang puas menghabiskan waktu wisata atau berbulan madu dengan aktifitas yang biasa-biasa saja, anda dapat menyewa boat untuk sampai ke tengah lautan dan melakukan kegiatan menyelam bersama pasangan.

Pesona bawah laut yang begitu luar biasa indahnya akan membuat wisata dan honeymoon anda menjadi tak terlupakan. Ditambah lagi aktifitas menyelam bersama pasangan ditemani oleh sekumpulan ikan yang datang menghampiri akan menghangatkan suasana bawah laut.

Tetapi jika anda dan pasangan tidak berani menyelam, anda dapat bersnorkeling dari permukaan. Memandang biota-biota laut, dan komunitas laut lainnya dapat memanjakan mata dan pikiran anda.

Setelah lelah melakukan diving dan snorkeling, anda dapat berjemur atau pun bersantai di pinggiran pantai diselingi dengan canda tawa dan hamparan pemandangan laut yang tak ada batas akan merelakskan tubuh dan pikiran.

Saatnya sore menjelang… menyempatkan sedikit waktu untuk melihat sunset melengkapi kegiatan anda seharian. Selamat bersenang-senang…

DNAberita

Read More......

Rabu, 31 Maret 2010

Tangkahan, Sumatera Utara






Tangkahan adalah sebuah kawasan di Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Diapit oleh Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang, Tangkahan menawarkan pemandangan yang spektakuler dan udara segar yang menyejukkan.
Mandi pagi di Sungai Buluh, di depan penginapan.


Kombinasi dari vegetasi hutan hujan tropis dan topografi yang berbukit, menjadikan Tangkahan sebagai tempat yang ideal untuk berwisata. Sungai Buluh dan Batang Serangan yang membelah hutan ini merupakan tipe sungai khas hutan tropis, dilengkapi dengan beraneka ragam jenis tumbuhan aneka warna dan tebing bercorak di sepanjang sungai. Air sungai yang sangat jernih dan bernuansa hijau menciptakan panorama dan atmosfer yang alami dan mistis. Tangkahan menjadi pilihan yang tepat untuk 'bersembunyi' dari hiruk-pikuknya kota berpolusi.

Untuk sampai di lokasi ini, dari Terminal Pinang Baris di kota Medan, Anda menggunakan bis Pembangunan Semesta langsung menuju Tangkahan, melewati Stabat. Perjalanan ke Tangkahan dapat ditempuh dalam waktu sekitar 3-4 jam dari kota Medan. Untuk menuju kawasan ekowisata, kita harus menyeberangi sungai. Sungai Batang Serangan cukup deras arusnya, sehingga harus menggunakan rakit. Dan, disinilah petualangan Anda dimulai!

Banyak kegiatan wisata yang dapat dinikmati di Tangkahan, baik petualangan atau hanya sekadar berenang dan trekking di hutan tropis. Terdapat 3 jalur trekking di hutan ini, mulai dari soft trekking (untuk anak–anak maupun keluarga) sampai yang bersifat petualangan. Pengunjung akan ditemani pemandu lokal yang telah dibekali dengan pengetahuan tentang hutan dan interpretasi alam, sehingga Anda dapat mengetahui akan kekayaan alam yang tersembunyi di hutan ini.

Jangan kaget jika pertama kali melihat para pemandu (ranger) di Tangkahan, sepintas memang tampak agak 'seram', dengan rambut panjang, wajah persegi, dan logat karo yang keras, tapi jangan berprasangka buruk dulu lho... Ranger di sini semuanya dijamin super ramah dan sangat humoris. Istilah "don't judge the book by its cover" memang benar terbukti di sini. Kalo gak percaya, ya silakan dibuktikan sendiri.

Apa aja sih yang bisa dilakukan di Tangkahan?

Ada 7 gajah yang biasa dipakai untuk trekking. Trekking di sini maksudnya adalah Anda akan diajak masuk ke dalam hutan dengan menunggang gajah. Uniknya, gajah yang Anda tunggangi adalah gajah-gajah terlatih yang juga digunakan untuk patroli atau melindungi Taman Nasional dari kegiatan ilegal seperti perburuan, perambahan, dan tentu saja illegal loging.

Uniknya lagi, jalur yang digunakan untuk trekking pun adalah jalur yang biasa dipakai untuk berpatroli. Jadi, sambil berwisata dan menunggang gajah, Anda sekaligus bisa membayangkan bagaimana rasanya berpatroli di dalam hutan. Asyik, 'kan?

Oh, iya, gajah-gajah ini dulunya sering menyerang ladang dan rumah masyarakat desa, karena habitatnya tergusur. Namun, saat ini gajah tersebut tidak hanya membantu masyarakat desa, namun juga membantu mengamankan hutan.


Tepat di seberang penginapan Jungle Lodge, di tepi Sungai Buluh, ada sebuah goa yang di dalamnya mengalir air panas. Goa ini cukup besar sehingga Anda bisa berbaring dan merendam tubuh di aliran air panas alami ini.

Air Terjun

Di dekat pertemuan Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan terdapat air terjun kecil. Anda harus berjalan ke cekungan sungai sekitar 100 meter untuk mencapai air terjun ini. Duduk di bawah air terjun ini sangat menyenangkan, serasa mendapatkan pijatan alami!

Air terjun yang lebih besar juga ada di Tangkahan, namun Anda harus berjalan menyusuri Sungai Buluh terlebih dahulu dan bahkan harus berenang di sungai ini di bagian tertentu. Cukup mendebarkan bukan?

Goa

Di Tangkahan terdapat goa kelelawar, ya dinamakan demikian karena goa ini merupakan rumah bagi ribuan kelelawar. Namun jangan khawatir, goa ini sangat aman untuk dimasuki, asalkan Anda tidak membuat kegaduhan di dalamnya. Goa ini akan tembus ke pintu di seberangnya, dan... begitu keluar di mulut goa yang satunya, Anda bisa pulang kembali ke penginapan dengan cara yang baru, yaitu tubing!

Tubing

Jangan bilang Anda pernah ke Tangkahan, jika belum melakukan aktivitas yang satu ini. Tubing hampir sama dengan rafting, bedanya jika pada saat rafting kita menggunakan perahu karet, tidak demikian dengan tubing. Kita akan duduk di atas ban dalam truk yang sangat besar dan telah dipompa, lalu mengalir begitu saja mengikuti arus sungai sampai ke titik tertentu sambil menikmati pemandangan di tepi sungai. Sangat mendebarkan!

Tapi jangan khawatir, para pemandu di Tangkahan semuanya sudah sangat berpengalaman dalam kegiatan ini, dan mereka juga terlatih untuk hal keselamatan dan prosedur standar operasional.

Selain memiliki potensi wisata yang sangat tinggi, Tangkahan juga memiliki cerita yang sangat menarik, yang telah menjadi inspirasi dan pembelajaran bagi para penggiat wisata dan pelestarian alam di berbagai kawasan lindung di Indonesia.

Anda mungkin tidak pernah membayangkan, bahwa Tangkahan, kawasan ekowisata yang indah dan alami ini dulunya merupakan salah satu titik pusat penebangan liar (illegal loging) di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser.

Dulu, illegal loging merupakan pendapatan utama bagi masyarakat di hutan Tangkahan. Begitu besarnya pendapatan tersebut sampai mereka mengabaikan perkebunan mereka. Namun, semakin lama keamanan hutan dan usaha penangkapan kepada penebang liar semakin diperketat dan memaksa para penebang liar ini untuk mencari penghasilan lain, yang tidak hanya berasal dari hutan namun aman dari jeratan hukum dan dapat berkelanjutan. Mereka kemudian kembali mengelola perkebunan mereka yang semula terbengkalai dan mulai untuk menjalankan ide mempromosikan ekowisata.

Masyarakat di kedua desa ini (yang dihuni oleh sekitar 2000 KK) setuju untuk mengembalikan kawasan Tangkahan sebagai kawasan wisata yang ramah lingkungan. Ini ditandai dengan dibentuknya Lembaga Pariwisata Tangkahan (LPT) yang merupakan lembaga lokal yang dipercaya untuk mengelola ekowisata dan bekerja sama dengan pihak taman nasional, sekaligus membentuk peraturan desa.

Dan, tahukah Anda, peraturan desa ini merupakan peraturan desa pertama di Indonesia yang disusun secara partisipatif, untuk mengatur tentang konservasi dan pranata sosial secara langsung, sebelum diadopsi di berbagai daerah di Indonesia.

Seiring berjalannya waktu, karena objek wisata yang cukup menarik dan semuanya terdapat di dalam Taman Nasional, maka dibentuklah kesepakatan antara LPT dan Balai TNGL yang dituangkan dalam Memorandum of Understanding (MoU). Kesepakatan ini ditandatangani pada tanggal 22 April 2002 oleh Kepala Balai TNGL selaku Pemangku Kawasan untuk memberikan hak kelola Taman Nasional kepada masyarakat Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang melalui LPT.

Sebuah langkah yang sangat berani untuk dilakukan pada saat itu, mengingat MoU tersebut adalah property right (asset kolektif) untuk mengelola kawasan seluas 17,500 ha untuk dijadikan kawasan ekowisata, di mana kawasan ini merupakan zona inti taman nasional yang seharusnya tidak diperuntukkan untuk kegiatan apapun kecuali penelitian.

Sebagai kewajibannya, masyarakat desa Namo Sialang dan Sei Serdang bertanggung jawab penuh untuk menjaga keamanan dan kelestarian TNGL yang berbatasan dengan wilayah desa tersebut. MoU tersebut adalah contoh dari 'keluwesan' pemerintah dalam mengelola kawasan lindung namun tetap berpihak kepada masyarakat lokal.

Kini, acuan kolaborasi dan berbagai sistem serta strategi pengembangan kawasan Tangkahan telah banyak diadopsi baik di tingkat nasional dan internasional.
Mengajak untuk menjaga kelestarian alam. (Foto: Rona Saab)

Mengajak untuk menjaga kelestarian alam. (Foto: Rona Saab)

Akhirnya, pada tahun 2004, LPT mendapatkan Anugerah Penghargaan "Inovasi Kepariwisataan Indonesia" oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia.

Tidak berhenti di sini, di awal tahun 2006, MoU ke-2 kembali ditandatangani oleh TNGL. Dan LPT pun membentuk Badan Usaha Miliki Lembaga (BUML), berkolaborasi dengan pihak TNGL untuk mengelola berbagai jasa lingkungan di TNGL. Dari sinilah, era integrasi antara ekonomi dan ekologi di kawasan Ekowisata Tangkahan tercipta dalam semangat kolaborasi, untuk melahirkan gelombang besar perubahan di TN.Gunung Leuser.

Di Tangkahan, ekowisata merupakan cara yang terbukti efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus mencegah terjadinya aktivitas ilegal loging di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung Leuser.

Sejarah Tangkahan, tentunya menawarkan nuansa petualangan yang berbeda. Nah, jika Anda ingin berpetualang sekaligus melestarikan alam, Anda di tunggu di Tangkahan!

By..Ronna Saab

Read More......

Minggu, 28 Maret 2010

Danau Toba




Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer yang terletak di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir.

Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata penting di Sumatera Utara selain Bukit Lawang dan Nias, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara.

Menurut Bill Rose dan Crag Chesner, peneliti dari Michigan Technological University, Danau Toba merupakan letusan Supervolcano yang paling baru. Mereka memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2800 Km3, dengan 800 Km3 batuan ignimbrit dan 2000 km3 abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama 2 minggu. Debu vulkanik yang ditiup angin telah menyebar ke separuh bumi, dari Cina sampai ke Afrika Selatan. Letusan terjadi selama 1 minggu dan lontaran debunya mencapai 10 Km di atas permukaan laut. Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan pada beberapa spesies juga diikuti kepunahan. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkan soal itu.



Read More......